Breaking News
Loading...
MEDIA TIPIKOR INDONESIA & Garda Tipikor Indonesia Banyuwangi" Turut Berduka atas Terjadinya Bom Prancis"
Senin, 29 Oktober 2012

Rapuhnya Jiwa Persatuan & Kesatuan Indonesia

23.08

Oleh: Roelly Rosuli
Akhir-akhir ini kejadian demi kejadian yang di pertontonkan oleh anak bangsa dan segelintir kelompok dengan mengatas namakan kebenaran terhampar di bumi Indonesia, tanah air tercinta kita.

Klaim satu kelompok bahwa kelompok atau kubunya yang paling benar seakan-akan sudah merasuk  dalam sumsum sanubarinya, sehingga menganggap kelompok lainnya yang tidak sesuai dan tidak sejalan  dengan patron garis ajaran atau organisasinya adalah kelompok yang salah dan harus di bumi hanguskan.

”Kita sudah banyak melihat dari tayangan telivisi maupun berita yang di lansir media cetak, berbagai masalah yang terjadi di selesaikan dengan pertumpahan darah”. Tawuran antar pelajar dan antar mahasiswa, bentrokan antar kampung serta saling serang antar kelompok pemuda, perusakan tempat ibadah telah menghiasi berbagai pemberitaan.

Berapa banyak sudah jatuh korban dan kerugian ynag diderita dari setiap peristiwa tersebut. Banyak orang tua, perempuan-perempuan, anak-anak dan keluarga yang telah kehilangan salah satu anggota keluarga yang dicintainya.

Belum lagi perseteruan elite politik semakin menambah panasnya atmosfer kehidupan bernegara. Ajang adu kekuatan lebih menonjol ketimbang duduk bersama untuk mencari solusi. Penyelesaian dengan cara musyawarah dan persaudaraan sudah terabaikan..mengapa demikian ?

Keadaan ekonomi dan kesenjangan social serta gesekan dari para perebut kebenaran, mungkinkah yang menjadikan rapuhnya jiwa  persaudaraan itu ? sehingga setiap perselisihan harus di selesaikan dan berakhir dengan petaka, bahkan hilangnya nyawa. Mengapa bangsa ini gampang sekali tersulut emosinya, gampang membara api kemarahannya ?

”Bukankah masih ada jalan keluar yang bisa di tempuh untuk mengakhiri semua perselisihan itu”. Bangsa ini sudah menjadi bangsa yang terkoyak, bangsa yang tidak bermoral, tidak ada lagi rasa saling menghormati, saling empati, saling mengasihi satu dan lainnya.

Kebenaran sejati terabaikan, yang ada adalah mencari pembenaran diri. Jati diri bangsa Indonesia yang terkenal dengan budaya keramah tamahannya dan saling tepo seliro ( red,saling menghormati ), asah asih asuh, seakan-akan  sudah mulai hilang. Mungkinkah rasa sabar, rasa syukur, ikhlas dan rasa cinta telah luntur dari jiwa bangsa ini ? sehingga yang nampak hanyalah kesombongan dan kebrutalan dalam bersikap dan mengambil suatu kesimpulan dengan mengabaikan norma-norma  yang ada.

Semestinya setiap perbedaan di jadikan pelajaran dan di cari jalan keluarnya, dengan mengedepankan kepentingan bersama dan mengesampingkan  kepentingan pribadi maupun kelompoknya, semua punya kepentingan dan keinginan, maka kita satukan persepsi tersebut, kita ambil yang terbaik dari yang terbaik, demi terealisasinya sebuah perdamaian.  Dan apabila hal ini yang di jadikan landasan dalam setiap persoalan, di yakini semuanya pasti akan berakhir dengan perdamaian dan kebahagiaan.

Perdamaian dan persatuan tersebut bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, aparat dan para pemuka agama serta tokoh adat maupun tokoh masyarakat namun juga harus menjadi tanggung jawab dan kewajiban kita bersama untuk bisa menciptakan lingkungan yang aman dan penuh dengan perdamaian. Lalu apa yang harus kita lakukan agar bisa tercipta rasa persatuan dan perdamaian tsb ? 
Beberapa pilar/benteng kepribadian diri yang mungkin bisa di jadikan renungan, agar kita mampu terhindar dari sesuatu yang mencelakakan.

I.SABAR
Setiap persoalan yang mengemuka dan berujung dengan bentrokan, di karenakan rasa marah yang gampang meletup. Kesadaran dan emosi yang tidak terkontrol dan ego yang tak terkendali menjadi penyebab prilaku yang kurang bijak dalam mengambil setiap kesimpulan atau keputusan.

Rasa sabar yang kurang akan menyebabkan ketimpangan dalam diri kita, semestinya apapun yang di gariskan Tuhan kepada kita, hal itu kita yakini adalah suratan nasib  dan kita harus tetap sabar menghadapi dan menjalaninya serta melakukannya dengan sebaik-baiknya tugas dan kewajiban kita. Ingatlah “ Tuhan selalu bersama orang-orang yang sabar “.

II.SYUKUR
Kesenjangan social dan himpitan ekonomi tidak harus di jadikan alasan untuk mencari pembenaran diri. Tidak harus dengan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Kita harus tetap mensyukuri apapun yang sudah di berikan Tuhan kepada kita,

Rasa iri dan dengki adalah penyakit hati yang sangat berbahaya dan sebisa mungkin harus kita hindari. Kegelisahan dan keresahan dalam menghadapi persoalan hidup di karenakan kurangnya rasa syukur kita kepada Tuhan, kurangnya penghambaan diri kepadaNYA, oleh karena itu tanamkan rasa syukur itu dalam jiwa kita, agar kita bisa menghadapi hidup ini dengan perasaan damai. Bukan Kebahagiaan dan Kemewahan yang akan membuat kita mampu bersyukur, namun bersyukurlah yang akan membuat dan membawa kita selalu merasa bahagia.

III.IKHLAS
Tuhan menciptakan dunia ini dengan dua perkara, ada siang dan malam, baik dan buruk, suka dan duka, kebabahagiaan juga penderitaan, pria dan wanita, si kaya dan simiskin de el el. Dari penciptaannya yang berbeda tersebut, di harapkan agar kita bisa mengambil suatu pelajaran bahwa dalam hidup ini pasti tidak mungkin bisa sama, semua sengaja diciptakan berbeda, namun kita harus bisa menerimanya dengan rasa suka dan ikhlas.

Begitu pula terhadap lingkungan kita, dari perbedaan itu kita harus bisa hidup berdampingan dengan rukun dan saling menghormati. Kita harus meyakinkan diri kita bahwa semua pemberian maupun ketentuan Tuhan pasti ada maksud dan tujuannya. Ada rencana Tuhan yang terbaik bagi diri kita.

IV.CINTA
Semua kejadian yang selalu berakhir dengan perasaan pilu dan miris bagi kita di sebabkan karena kurangnya rasa CINTA, tidak ada lagi perasaan cinta kepada saudara sebangsa dan setanah air. serta terkikisnya rasa cinta kepada perbedaan yang sudah menjadi kodrat bagi manusia. Bila kita menanamkan perasaan cinta itu dalam diri kita, cinta kepada Tuhan maupun cinta kepada sesama, maka tidak akan ada pengingkaran diri kita kepada Tuhan, dan tidak akan pernah pula terjadi sentuhan atau gesekan yang menyebabkan perpecahan dalam hidup bermasyarakat, akan tetapi hidup yang bermatabat dalam kebersamaan. Maka jadikanlah cinta kepada ILAHI dan sesama sebagai sesuatu yang paling utama.

Sumpah pemuda yang selalu kita peringati setiap tgl 28 Oktober, mari kita jadikan momentum dan landasan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara, dan tetap mengingat  bahwa kita bersaudara, setanah air, sebangsa dan sebahasa, semua anak bangsa, anak Indonesia. Tidak ada sekat antara kita, tidak ada perbedaan, yang ada kita satu saudara, dan juga satu dalam suka dan duka.

Hidup memang selalu penuh persoalan dan masalah, kita mempunyai persoalan dalam hidup kita, bangsa ini kini juga sedang dalam masalah, masalah kita bersama, masalah yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita bersama untuk menyelesaikannya. Mari kita duduk bersama dengan mengkesampingkan segala perbedaan dan berbagai atribut, dengan satu tujuan untuk mencari penyebab sakitnya jiwa bangsa ini, agar bangsa ini segera keluar dari semua persoalan. Dan Merah Putih tetap berkibar serta Burung Garuda akan senantiasa tetap berdiri dengan tegak dan gagah. 

Sekedar catatan untuk selalu diingat dan dijadikan pedoman dalam hidup bernegara !! 
SUMPAH PEMUDA  
KAMI BANGSA INDONESIA BERTANAH AIR SATU TANAH AIR INDONESIA                                                                                                           
KAMI BANGSA INDONESIA BERBANGSA SATU BANGSA INDONESIA                                                                                      
KAMI BANGSA INDONESIA BERBAHASA SATU BAHASA INDONESI

0 comments :

Posting Komentar

Terima kasih atas Kunjungan anda, Mohon tinggalkan Komentar
 
Toggle Footer
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...